Oleh: Ust. Bachtiar Nasir
AQL Islamic Center – Sesungguhnya hari yang paling
agung dan paling mulia menurut Allah SWT adalah sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Allah SWT telah bersumpah atasnya yang menunjukkan kepada kita akan
keagungan hari-hari itu. Allah swt berfirman :
Demi Fajar,
dan malam yang sepuluh. (QS. Al-Fajr [89]: 1-2).
(lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/415, beliau menyebutkan
bahwa imam Ahmad meriwayatkan secara marfu’ dari sahabat Jabir bin Abdillah r.a.).
Sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah disebutkan juga
dengan nama ayyam ma’lumat (hari-hari yang sudah ditentukan) yang Allah telah
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdzikir dan bersyukur kepada-Nya. Allah SWT
berfirman :
Dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian
daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara dan fakir. (QS. Al-Hajj [22]: 28).
Seperti inilah pendapat mayoritas ulama, dan telah
diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., Abu Musa al-sy’ari, Mujahid, Atha’, Ibnu
Jubair, al-Hasan, Qatadah, al-Dhahhak, Ibrahim al-Nakha’i. dan juga pendapat
Abu Hanifah, imam al-Syafi’i, dan salah satu riwayat yang masyhur dari imam
Ahmad. (lihat : Tafsir al-Qurthuby, 2/3, tafsir Ibnu Katsir, 5/415).
Kemungkinan hikmah dari penamaan ayyaam ma’luumat
adalah agar sesorang mukmin terus memberikan perhatian terhadap waktu-waktu
tersebut dan juga karena ada waktu haji di akhirnya. (lihat : Tafsir
al-Baghawy, 5/379).
Sebagian ulama salaf berpendapat bahwa sepuluh hari tersebut adalah sepuluh hari penyempurna dari waktu yang dijanjikan kepada Musa alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan telah Kami
janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh
malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka
sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. (QS. Al-A’raaf
[7]: 142).
(lihat : Tafsir Ibnu Katsir, 5/415).
Adapun diantara hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang menjelaskan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah :
“Tidak ada
hari, amal shalih padanya yang lebih Allah cintai daripada sepuluh hari (Dzul
Hijjah).” (HR. Abu Dawud, no : 2438 dan al-Tirmidzi, no : 757, Ibnu Majah, no :1727).
Hijjah).” (HR. Abu Dawud, no : 2438 dan al-Tirmidzi, no : 757, Ibnu Majah, no :1727).
Dan di dalam riwayat lainnya, Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak ada
hari, yang amal shalih padanya lebih mulia daripada hari-hari ini (yakni sepuluh
hari Dzul Hijjah).” (HR. al-Bukhari, no : 926).
Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak ada
hari, yang amal shalih padanya lebih mulia di sisi Allah dan lebih dicintai oleh-Nya
daripada amal shalih yang dikerjakan pada hari-hari ini (yakni sepuluh hari Dzul
Hijjah).” (disebutkan oleh al-Haitsami di dalam Majma’ al-Zawaid, 4/8, dia
berkata,“Diriwayatkan oleh al-Thabrani di dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir, dan
perawi-perawinya orang yang bisa dipercaya).
Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak ada
amal shalih yang lebih mulia di sisi Allah dan lebih agung pahalanya daripada
kebaikan yang dilakukan pada sepuluh hari Dzulhijjah).” (HR. al-Darimi dengan
sanad yang shahih).
Nabi SAW bahkan mengabarkan kepada kita bahwa amal shalih yang dikerjakan pada hari-hari penuh berkah tersebut lebih baik daripada jihad di jalan Allah yang merupakan amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah dan paling utama menurut-Nya. Amalan yang melebihinya hanya amalan seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya, lalu dia tidak kembali dengan sesuatu, yakni jiwa dan hartanya sudah dikorbankan di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW ketika ditanya :
Di dalam riwayat lainnya, Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak juga
jihad di sabilillah, Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya untuk berjihad
dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi.”
(HR. Abu
Dawud, no : 2438 dan al-Tirmidzi, no : 757, Ibnu Majah, no :1727).
Dan di dalam riwayat lainnya, Rasulullah SAW pernah ditanya:
“Wahai
Rasulullah, ia (sepuluh Dzulhijjah) lebih baik atau menyediakannya untuk berjihad
di jalan Allah?” Rasulullah telah bersabda: “Ia (sepuluh Dzulhijjah) lebih baik
daripada menyediakannya untuk berjihad di jalan Allah.” [Ibnu Hibban; jilid
9/164,syekh Arnauth berkata, “Hadits shahih dengan sanad yang kuat.”
Al-Haitsami menyebutkan
hadits tersebut di dalam Majma’ al-Zawaid, 3/562].
Hadits di atas menunjukkan bahwa amal ibadah yang tidak termasuk ibadah yang utama yang dilakukan pada hari-hari tersebut lebih utama dan lebih dicintai Allah daripada amal ibadah utama yang dilakukan pada selain hari-hari tersebut. Hal ini dikarenakan pahala pada hari-hari tersebut dilipatgandakan oleh Allah SWT. (lihat : Lathaiful Ma’arif, Ibnu Rajab, 289).
Dan kemungkinan Sebab keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah dikarenakan banyaknya ibadah agung yang terkumpul pada hari-hari tersebut, seperti : shalat, puasa, shadaqah, dan haji. Hal seperti ini tidak ada di hari yang lain. (lihat : Fathul Baari, Ibnu Hajar, 2/460).
Dari dalil-dalil yang sudah disebutkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada hari-hari tersebut dianjurkan untuk memperbanyak amal shalih dalam berbagai macam dan bentuknya. Dan diantara ibadah yang bentuknya ucapan yang biasa dilakukan adalah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda :
maka
perbanyaklah kalian pada hari-hari tersebut untuk bertasbih, bertahmid, bertahlil,
dan bertakbir” [Al-Haitsami menyebutkan hadits tersebut di dalam Majma’ al-Zawaid,
4/8, beliau berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh al-Thabrani di dalam
al-Kabir,dan perawi-perawinya terpercaya. Hadits tersebut diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas r.a]
Dalam riwayat lain disebutkan :
maka
perbanyaklah kalian pada hari-hari tersebut untuk bertahlil, bertakbir, dan bertahmid”
[HR. Ahmad di dalam musnadnya, 2/131]. Syuaib al-Arnauth berkata, “Hadits shahih,
riwayat dari Ibnu Umar r.a].
Ibnu Umar dan Abu Hurairah r.a. pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lalu keduanya bertakbir, kemudian orang-orang mengikuti takbir yang diucapkan oleh keduanya.
Ibnu Umar dan Abu Hurairah r.a. pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah lalu keduanya bertakbir, kemudian orang-orang mengikuti takbir yang diucapkan oleh keduanya.
(lihat :
Tafsir Ibnu Katsir, 5/415.]
Dan diriwayatkan
oleh al-Bukhari muallaqan (tanpa menyebutkan sanad). Maimun bin Mahran berkata,
“Saya telah
bertemu dengan suatu kaum yang bertakbir pada sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Dan saya menyerupakannya seperti ombak karena banyaknya orang yang
bertakbir.” Dia kemudian berkata, “Orang-orang pada saat ini telah berkurang
(keutamaannya) karena mereka meninggalkan takbir (pada hari-hari tersebut).”
Di antara ibadah yang sifatnya fisik yang bisa dilakukan adalah :
· Shalat.
Said bin Jubair rahimahullah pada saat masuk sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah lebih bersungguh-sungguh dan lebih giat hingga
beliau tidak mampu lagi melakukannya.
Dan
diriwayatkan darinya, bahwa beliau berkata, “Janganlah kalian memadamkan
lampu-lampu pada malam 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.” Beliau termasuk orang
yang sangat gemar melakukan Ibadah.
(Lathaiful Ma’arif, 289).
. Puasa
Disunnahkan puasa pada hari pertama hingga sembilan
Dzulhijjah karena Rasulullah SAW, pernah melakukannya. Diriwayatkan dari istri-istri
Nabi SAW :
“Rasulullah SAW
telah berpuasa pada sembilah hari pertama
bulan Dzulhijjah, berpuasa Asyura, berpuasa tiga hari setiap bulan, berpuasa
hari senin pertama di setiap bulan, dan begitu juga pada hari kamis.”
(HR. Abu
Dawud, no : 2438,al-Nasa’i, no : 2271).
Dan hari yang paling utama diantara sembilan hari tersebut adalah hari Arafah; baik dalam doa, shalat, maupun puasa. Rasulullah SAW bersabda :
“Puasa pada
hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bias menghapus dosa
setahun setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya.”(HR.Muslim, no : 1162,
Abu Dawud, no : 2425).
Adapun Doa, Rasulullah SAW bersabda :
“Sebaik-baik
do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah dan sebaik-baik apa yang aku dan para Nabi
sebelumku katakan adalah “LAA ILAAHA ILLALLAHU WAHDAHUU LAA SYARIIKALAHU LAHUL
MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR (Tiada Ilah melainkan
Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah segala kerajaan dan pujian
dan Dialah Maha menguasai atas segala sesuatu).” (HR. al-Tirmidzi, no : 3585.
Abu Isa berkata; “hadits ini derajatnya gharib melalui jalur ini. Al-Mundziri berkata,
“Hadits ini hasan,” al-Albany berkata, “Hadits ini
shahih.”)
Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita dan semua umat Islam diberikan taufik oleh-Nya agar bisa melakukan ketaatan pada hari-hari yang diberkahi tersebut. Kami berdoa agar Allah memudahkan para jamaah haji dalam melakukan manasik hajinya dan semoga kita mendapatkan pahala dari amal shalih yang mereka lakukan. Dan kami juga berdoa, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala secepatnya memberikan kelapangan dan kemenangan bagi umat ini. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa.
Wallahu a’lam bish shawab..
Posted by Aji
Pambengkas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar